Ohya,
sebelumnya mengapa saya menggunakan kata pengantar ‘saya’ dalam postingan kali
ini? Karena, saya ingin terlihat lebih wise
& sopan sehubungan dengan apa
yang ingin saya sampaikan kali ini :)
So, the idea
of the story is began when beberapa hari lalu tepatnya Kamis, 13 Maret 2014
saya mengunjungi sekolah menengah pertama saya di Tangerang. Sebenarnya, saya
datang karna kebetulan saya dipanggil oleh salah satu guru saya untuk ‘sharing’
kepada adik adik kelas yang akan menjalankan ujian nasional.
Ketika pertama
kali menginjakkan kaki di bangunan itu seluruh memori menguak. Dari mulai
pertama masa MBS atau MOPDB sampai momen momen kelulusan. Berputar secara
teratur di otak saya. Kangen. Jujur, saya sangat suka suasana sekolah menengah
pertama saya tersebut. Seandainya saya boleh memilih, saya ingin kembali
bersekolah di tempat itu lagi. Ada banyak hal yang tidak atau setidaknya
‘belum’ bisa saya temukan di sekolah menengah atas saya. :)
Baru melewati
beberapa kelas saya bertemu guru-guru. Terharu rasanya ketika melihat guru-guru
kita masih mengingat kita dengan kesan & kenangan yang sangat baik. Itu
yang saya rasakan. Nah, akhirnya kita akan sampai pada inti topik pembicaraan
saya ini. Saya ingin berbicara mengenai guru-guru saya. Ketulusan mereka. Mereka
sangat tulus.
Ada kurang
lebih 6 guru yang sangat dekat dengan saya. Saya sangat menghargai mereka, saya
berjanji tidak akan melupakan ketulusan mereka. Kata ‘tulus’ inilah yang
menjadi topik. Sejauh ini, setelah saya menjalani kurang lebih 9 bulan menjadi
anak SMA saya belum menemukan guru yang mengajar saya dengan tulus. Sebagaimana
yang saya temukan di SMP.
Saya akan
menceritakan characteristic dari
beberapa guru yang saya kenal dekat di SMP yang membuat saya sangat sangat
menghargai mereka lebih dari guru-guru yang lain.
Guru IPS saya,
Pak Step. Saya bersumpah, mungkin dia hanya satu berbanding seribu yang
memiliki ketulusan hati. Caranya mengajar itu bukan semata-mata hanya
menyampaikan materi, memberikan ujian, menilai dan menyerahkan nilai. Saya
rindu dengan guru-guru seperti ini. Guru yang diawal pengajarannya menyapa
anak-anak, menanyakan kabar atau keadaan, berbincang-bincang sebelum memulai
pelajaran, melakukan motivasi seperti layaknya “anak-ayah”, menjelaskan materi
dengan ketulusan hati bukan hanya ‘sadar pekerjaan’. Apakah ada? Ya, mungkin
ada. Tapi, saya belum menemukan. Saya berharap bisa menemukan guru seperti itu
lagi! :)
Berlanjut ke
guru matematika saya, Pak Koja. Saya diajar beliau hanya dari kelas 9. Berbeda
dengan Pak Step yang mengajar saya kurang lebih dua tahun. Pak Koja yang saya
kenal adalah guru yang sangat sederhana, jenius, humoris, selalu tahu apa yang
kita butuhkan. Mungkin dia guru paling sederhana yang pernah saya temui, saya
sangat berterimakasih saya bisa mendapatkan kesempatan diajar dengan beliau.
Kalimat ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ mungkin bila saya boleh memilih dialah yang
paling layak mendapatkan gelar tersebut. Guru sejati, dia benar-benar yang
mengajar seperti memberikan ‘seluruh ilmu’ yang dia punya untuk kami, para muridnya.
Tanpa ia sisakan sedikit pun. Dia sangat mengerti saya. Mungkin mengerti juga
kemampuan siswa-siswa yang lainnya secara detail. Humoris, juga merupakan kata
yang tepat untuk menggambarkan kepribadiannya. Mungkin banyak guru ‘lucu’
seperti ini. Setuju tidak kalau kita butuh lebih banyak guru seperti beliau? :)
Hm, oke
selanjutnya Bu Ani. Dia guru IPA saya di kelas 9. Pengetahuan umumnya cukup
luas, dia sering menambahkan ‘pengetahuan umum’ di dalam materi pengajarannya.
Cara mengajarnya mungkin sama seperti guru pada umumnya. Namun yang saya suka
dari Bu Ani adalah ia sangat sangat memikirkan masa depan muridnya. Saya masih
ingat suara lantang & menggebu-gebunya saat mengajar. Semangat. Itu yang
saya temukan. Apakah masih ada guru yang memiliki semangat tinggi untuk
mengajar seperti beliau? Mungkin ada. Tapi, saya belum menemukannya. :)
Dua guru ini
mungkin terakhir yang akan saya ceritakan. Yang pertama adalah Pak Bambang,
guru IPS kelas 8 sekaligus PA saya sebutannya atau Pembibing Akademis atau yang
biasa disebut Wali Kelas. Saya kagum akan ketegasannya, rasanya seantero
sekolah tahu akan hal itu. Namun, dibalik ketegasannya ia juga merupakan guru
yang sangat perhatian terhadap muridnya. Terakhir Pak Saronih, yang saya kagumi
dari nya adalah pembawaannya dalam mengajar. Baginya, mungkin mengajar adalah
hal yang menyenangkan. Mengajar dengan santai tanpa merasa ‘tertekan, dituntut
atau terpaksa’ mengajar sudah seperti kewajiban. Setidaknya itu yang bisa saya
ambil dari caranya mengajar.
Saya sangat rindu
dengan orang-orang tadi. Mungkin, mereka bukanlah orang-orang yang memiliki
kejeniusan, kepintaran yang superioir. Justru yang saya lihat, ketulusan. Bukan
kesombongan akan ilmu yang telah mereka miliki. Mereka menanggap mengajar
adalah suatu hal yang suci. Mengajar bukanlah profesi yang hanya memberi
materi-menuntut para siswa mengerti - marah bila siswa tidakmengerti - marah
ketika siswa mendapat nilai buruk tanpa tahu penyebabnya.
Apakah masih
ada guru yang mengajar benar-benar ‘tulus’ seperti layaknya orang tua
mengajarkan anaknya sampai benar-benar bisa? Apakah masih ada guru-guru yang
menyapa ‘hai anak-anak apa kabar’ seperti itu? Apakah masih ada guru yang
mendatangi muridnya dan bertanya ‘kenapa belum mengerti, nak’? Apakah masih ada
guru yang mengajar dengan mata penuh semangat bukan dengan mata lelah
mengantuknya akibat stres menilai semua tugas-tugas yang sangat banyak yang ia
berikan sendiri? Apakah masih ada guru yang mengajar tanpa mengharap imbalan?
Mungkin ada. Jujur, saya sangat sangat berharap masih banyak guru – guru
seperti itu.
Karena
seseungguhnya itu yang ‘kami’ butuhkan. Saya bukan apa-apa saya hanya siswa
kelas 10 yang merasa rindu terhadap guru-gurunya di sekolah sebelumnya. Maaf
bila ada yang salah :)
Nyaw, bye-bye! xx
1 comments:
Setiap Guru punya kelebihan dan kekurangannya masing - masing . Saya juga pernah waktu SMP ada Guru yang kamu sebutin kedua tadi.... tidak hanya menyampaikan materi tapi ada Motivasi sebelum ke materi dan saat materi berlangsung,. . . . Dan tentu sama seperti mu saya juga suka guru yang seperti itu . :D
Di kelas 10 SMA belum kutemukan Euy.... :D
Posting Komentar