Matanya menyapu halaman sekolah, terlihat dua
pasangan sahabatnya, maksudnya 4 ke-orang sahabatnya. Mereka adalah saudara
kembar, Kevin dengan Kevina, Mieke dengan Mieka. Mereka termasuk dalam kategori
saudara yang harmonis sekali, jarang sekali untuk bertengkar. Bahkan mereka
saling melindungi dan memberi perhatian satu sama lain.
Sedangkan Shelo, ya Shelo. Shelo
adalah anak satu-satunya. Di dalam lingkungan yang di kelilingi oleh
sahabat-sahabatnya yang mempunyai saudara kandung, dia sering merasakan
kesendirian dalam keramaian. Shelo mengalihkan pandangannya setelah puas
menikmati kebersamaan mereka. Pandangannya terpusat pada seorang cowok yang
sedang menikmati kesendiriannya, telinganya disumbat oleh earphone. Shelo ingin
sekali berada di dekatnya, agar dia bisa menyatukan rasa kesepiannya menjadi
rasa kebersamaan.
“Shel, apa yang sedang kamu lakukan? Looking at someone?” Kevin mendekat,
dibuntuti oleh ke-3 sahabatnya dari belakang.
“No!”
“I’m
your bestfriend, sharing to me. Oh, aku tau kamu memperhatikan cowok di
seberang sana ya?”
“Emm, yaaa. Aku rasa dia juga
sendirian, aku ingin ada di dekatnya. Supaya aku dan dia tidak merasa kesepain
lagi.” curhat Shelo pada Kevin. Sahabatnya yang paling tampan.
“Kamu gak, sendirian kok. I’ll be here for you.” sambung Mieke.
Itulah cliche answer yang selalu
Shelo dapatkan dari teman-temannya ketika Shelo bilang, Shelo sendirian.
*****
“Ka, Mieka, Ka!” Mieke berlari dari
luar kelas menghampiri saudara kembar dan sahabat-sahabatnya yang berada di
dalam kelas.
“Ada apa sih, Ke? Jangan terburu-buru
seperti itu.”
“Be..be..berita menarik!” sahut Mieke
sembari manata emosinya dan mengatur nafasnya. ”Di mading ada pengumuman lomba
duet. Ayo ikut! Kamu juga bisa Vina. Kamu bersama Kevin,”
“Aku terlupakan,” jawab Shelo dengan
mata terarah ke novel.
“Eh, eh maksudku ....” sergah Mieke
menyadari kesalahannya. Seharusnya ia memberitahu ketika tidak ada Shelo. Kevin
seakan-akan memberi kode yang maksudnya ini adalah salah Mieke.
“Eh iyaaaa, kamu bisa kok, duet bareng
Reval? Dia pasti mau, dia kan suka sama kamu Shel. Tak mungkin jika ia menolak
kesempatan ini.” Kevina menghibur Shelo.
“Aku tak tertarik, maaf!” matanya
masih ke novel.
“Yakin? Ada Albraham loh!”
“Albraham? Siapa dia?” Nama Albraham
terasa asing bagi Shelo.
“Kamu belum tau ya, cowok yang kemarin
lusa di lapangan, yang sedang memasang earphone. Itu diaaaa.”
“Oh, itu diaa.” mata Shelo berbinar.
“Iya, yah siapa tahu aja ya, lewat
ajang ini kamu bisa akrab dengan dia.” Kevin tersenyum menggoda Shelo.
“Tapi, kalian yakin Reval mau?” pipi
Shelo memerah mendengar kata ‘akrab’.
“Menurutmu?” Mieke justru bertanya
balik.
*****
“Ma, Pa,” Shelo menghancurkan
keheningan di meja makan, ketika sedang makan malam.
“Kenapa sayang?”
“Aku ingin punya saudara kembar, Ma,
Pa.”
“Idemu cukup gila sayang.”
“Tapi, Ma. Aku pernah berkomunikasi
dengan saudara kembarku, Ma, Pa.” usai Shelo berkata demikian, Mama dan Papa
Shelo justru berpandangan dengan heran.
“Maafkan Mama dan Papa sayang. Mama
terlalu sibuk dengan dunia bisnis Mama. Begitu juga Papa. Sehingga kamu terlalu
ekstrim untuk berhalusinasi.”
“Mama sama Papa bicara apa sih? I’m seriously.” tutur Shelo lemah.
“Tidak sayang, berhalusinasi seperti
itu tidak baik,” sahut Papa.
“Okey bila kalian tak percaya. Aku
permisi ke kamar.” Shelo bangkit dari kursi makannya, dan melangkah gontai ke
arah kamar. Ia membuka pintu dengan santai.
“Hello saudara kembarku, aku datang,”
sapa Shelo ramah. Sudah seminggu ini Shelo berkomunikasi dengan saudara kembar
khayalannya berbicara tentang banyak hal, sampai-sampai Mama dan Papa heran
sering mendengar Shelo berbicara sendiri. berulang kali Mama dan Papa
menjelaskan bahwa ia adalah anak satu-satunya. Tapi Shelo tetap yakin, Shelo
sering bertemu dan berbicara dengan saudara kembarnya itu.
Mama dan Papa merasa bersalah, karena
mereka terlalu sibuk, sehingga Shelo menjadi merasa kesepian dan Shelo sering
berhalusinasi. Bahkan Mama dan Papa Shelo pernah membawa Shelo ke ahli
psikologi tapi hasilnya mereka menganggap Shelo aneh. Mama dan Papa-pun pernah
mengundang orang pintar ke rumah. Untuk mencari tahu, apakah ada makhluk lain
yang sedang berkomunikasi dengan Shelo. Namun lagi-lagi hasilnya nihil. Papa
dan Mama menyerah dan membiarkan Shelo seperti apa adanya dia.
*****
Lomba duet-pun berlangsung sangat
lancar. Walaupun mereka bukanlah juara. Namun benar apa yang dikatakan Kevin,
Shelo menjadi sangat dekat dengan Albraham.
“Shelaa!” panggil Albraham
“Shelo, Al. Bukan Shela,” tukas Shelo
tersenyum.
“Maaf, Shel,” Albraham membalas senyum
Shelo.
“Iya gak masalah, ada apa?” Shelo
tersenyum simpul.
“Makan, di luar yuk!”
“Eh?” Shelo menimbang-nimbang tawaran
Albraham.
“Plis!”
“Hmm, okeee. Why not?”
“Makasih, Shelaaaa.”
“Shelo, huruf O,”
Albraham sering mengajak pergi Shelo.
Namun Al sering sekali memanggil nama Shelo. Shelo berfikir mungkin namanya
terlalu asing, mungkin kebanyakan orang bernama Shela.
Usai Shelo san Albraham makan, mereka
berlalu menuju ke perpustakaan. Ternyata mereka mempunyai hobi yang sama, yaitu
membaca. Mereka berdua terlihat semakin kompak dan cocok. Dan hingga suatu
ketika, tubuh Shelo melemah, ketika di sekolah Shelo juga tidak beranjak dari
kursinya. Sehingga Albraham berniat untuk mengantar Shelo pulang. Seketika
sampai di ruamh Shelo, Shelo langsung di rangkul oleh kedua orangtuanya dan
dibawa masuk ke dalam kamar. Sementara Albraham diminta untuk menunggu di ruang
tamu. Karena kedua orang tua Shelo ingin berbicara dengannya. Usai membantu
mengangkat tubuh Shelo yang lemah ke dalam kamar, kedua orang tua Shelo kembali
ke ruang tamu menghampiri Albraham, yang sedang menikmati setiap sudut rumah
Shelo.
“Maaf, tante om ada apa ya?”
“Jadi gini .. Oh ya sorry, nama kamu
siapa?”
“Saya Albraham tante,” sahut Albraham
penuh sopan santun.
“Oke, Al jadi gini, tante dan om
mungkin tidak tahu ada hubungan apa antara kamu dan Shelo, tapi tante melihat
kalian sangat akrab, jadi tante mau minta solusi sama kamu, akhir-akhir ini
Shelo sering berbicara sendiri.”
“Maksud tante apa ya?” Albraham
dilanda rasa tak mengerti. Mama Shelo menjelaskan semuanya kepada Albraham,
meminta solusi. Yah, minimal kalau tidak menemukan solusi, Mama Shelo
menganjurkan Albraham menjadi kakak dari Shelo dan lebih dari teman. Tujuannya agar
Shelo tidak merasa kesepian dan Al lebih intensif melindungi Shelo. Bahkan kedua
orang tua Shelo menyetujui apabila mereka lebih dari teman, asal Shelo dijaga
dengan baik. Orang tua Shelo memberikan waktu kepada Albraham untuk memikirkan
saran tersebut. Setelah berpanjang lebar akhirnya Albraham pamit pulang ke
rumah.
*****
Hari ini Shelo tidak hadir ke sekolah.
Di sekolah Albraham telah berencana untuk menemui ke-4 sahabat Shelo, untuk
mendiskusikan sesuatu.
“Aku ingin menceritakan semuanya,”
sepotong kalimat yang Albraham pilih untuk memulai percakapan.
“Kedua orang tua Shelo ...” Albraham
menceritakan tentang saran kedua orang tua Shelo. Dan sahabat-sahabat Shelo
memberikan respons yang positif terhadap cerita Albraham barusan.
“Wah bagus dong. Kan kalian sudah
sangat akrab,” gumam Kevina.
“Tapi, masalahnya ..”
“Apa?” Mieke mengangkat salah satu
alisnya.
“Aku telah memiliki orang lain, dan ia
sedang pergi ke luar kota selama 6 bulan, untuk akselerasi dan lusa ia akan
pulang. Namanya Shela wajahnya sangat mirip dengan Shelo. Oleh karena itu, aku
selalu salah menyebut nama Shelo, aku hanya dekat dengan Shelo, karna aku ingin
menghilangkan rasa kangen aku ke Shela. Maafkan aku, mungkin aku jahat tapi,
beginalah kenyataannya.” Semua sahabat Shelo tertegun mendengar pengakuan
Albraham. Selama 5 menit lamanya mereka diselimuti oleh kebisuan.
“Kamu jahat, Al,” gerutu Mieka.
“Iya, gimana kalau sampai Shelo tau?”
air mata terbit dari kedua mata Kevina.
“Aku minta kalian menemaniku untuk
menjelaskan semua ini kepada kedua orang tua Shelo.”
“Emm?” keraguan jelas terpancar dari
raut wajah mereka.
“Dan oh ya, orang tua Shelo bilang,
Shelo menginginkan saudara kembar perempuan. Dan karna itu Shelo sering
berbicara sendiri. mungkin keadaan lebih baik jika ada Shela. Shelo tak akan
merasa sendiri,” rona semangat mulai terkuak dari wajah Albraham untuk
menghapus semua kesalahannya.
“Aku bersedia membantu,” jawab Kevin
tegas. Diikuti anggukan sahabat-sahabatnya.
*****
Ketika perbincangan dimulai di ruang
tamu rumah Shelo sampai akhir, tanpa sengaja Shelo mendengarnya. Di satu sisi
Shelo merasa senang karena dia akan mendapatkan saudara kembar baru, menurut
rencana Papa dan Mamanya Shela akan diangkat menjadi anak mereka. Tapi di lain
sisi ternyata Albraham ternyata sudah menjadi milik orang lain. Tapi Shelo
berpikir, selama ini juga ia dekat dengan Albraham semata-mata agar tidak
merasa kesepian.
Dan besok mereka semua akan menjemput Shela di
bandara. Saat Mamanya ingin menceritakan hal itu kepada Shelo, Shelo menjawab
bahwa ia telah mendengar semuanya.
*****
Shela telah mengetahui semua rencana
pengadopsian melalui Albraham, dan Shela pun telah menyetujuinya.
Dan kini akhirnya Shela tinggal satu
atap dengan Shelo . Shelo juga bersedia memaafkan kesalahan Albraham. Namun,
ada fakta mengejutkan terungkap. Bahwa ternyata Shela adalah saudara kandung
Shelo. Dulu ketika dilahirkan, Shela tak kunjung menangis dan nenek merekapun tak
ingin menahan malu jika Shela kelak tumbuh menjadi gadis bisu. Nenek mereka
menitipkan Shela tanpa sepengetahuan orang tua Shela. Mama dan Papa baru
diceritakan oleh nenek ketika yang mengasuh Shela pindah rumah, sebelumnya
nenek mengaku bahwa Shela diculik.
Setahun kemudian Nenek Shela
meninggal, Mama dan Papa berniat untuk mencari Shela. Namun, tak ada setitikpun
informasi yang bisa mereka dapatkan. Akhirnya mereka menyerah dan hanya
mengasuh Shelo seorang.
Kini orang yang merawat Shela telah
meninggal ketika Shela menginjak usia 15 tahun, Shela diberi sebuah pita rambut
bertuliskan Shela&Shelo. Setelah kepergian
pengasuh Shela. Shela tinggal seorang diri, kemandirian Shela-lah yang membuat
Albraham kagum.
Terlepas dari semua liku kehidupan,
mereka kini telah menemukan titik terang. Dan hidup dalam sebuah keharmonisan
sebuah keluarga.
Loving your brother/sister. Don’t waste them because a lot
of people out there who don’t have it♥.
~End~
25 mei – 26 mei 2012
4 comments:
bagus*
Kereeennn Sal.. :D menurutku yg kurang adalah penggalian karakter dari Shela.. ak maklum mungkin itu karena km lebih ingin menonjolkan karakter Shelo. Selebihnya udah oke kok :) ini cerpen tugas sekolahmu itu bukan? ^^
oh oke:) makasih sarannya:) iya itu cuma dikasih waktu sehari buat bikin:D
Makasih kak feeeeen! :)
Posting Komentar