Dua
insan menapaki langkahnya. Kami menyusuri jalan setapak sepulang sekolah, kami
bersenda gurau dan bercerita satu sama lain. Namun tiba-tiba perasaanku mengatakan
ada sesuatu yang akan terjadi, ternyata perasaanku tak salah. Seorang pria
berpakaian kaos merah dengan jeans yang lusuh berjalan gontai tak terarah
seraya berjalan ke arah kami. Aku segera menghindar, berlari kecil. Untuk mengambil
jarak dari pria tersebut.
Namun,
tidak dengan temanku. Ia dijambak dan ditarik oleh pria berbaju merah tadi. Entah
apa motif dari penjambakan itu, kami tidak tahu. Kami berteriak reflek. Temanku
akhirnya berhasil terlepas dari jeratan pria misterius itu. Kami berlari,
hingga akhirna terlepas dari bahaya yang menakutkan.
Temanku masih shock, aku juga masih merasakan hal yang sama.
Namun mungkin dia lebih kaget karena ia sempat ditarik. Dia hampir menangis, ia
memintaku untuk menemaninya kembali ke sekolah. Tapi, 15 menit lagi aku harus
ke tempat les. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
*****
Aku terbangun dari tidur siangku, empat pesan singkat yang
belum dibuka tertera di layar ponselku. Yang menarik perhatianku, adalah pesan
singkat darinya. Iya darinya kita sebut saja Andra namanya. Orang yang dahulu
pernah ku kagumi, singkatnya aku sempat menyukainya. Dan dia, ya Andra menyukai
seorang cewek, cewek itu adalah temanku, dan lebih spesifiknya lagi teman yang
berjalan bersamaku siang tadi usai pulang sekolah. Andra berulang kali
menanyakan keadaan temanku, dia beberapa kali memastikan keadaan temanku,
menyelidiku penuh tanya, sikapnya seolah menyudutkan ku. Hatiku tersentak
hebat. Aku seakan-akan seorang penjahat yang hendak mencelakakan temanku,
temanku yang dia sukai.
*****
Perasaanku kelu menyelimutiku. Gundah tak bisa dihindari. Aku
dilanda kegelisahan yang menimbulkan banyak tanya. Aku mencoba menerka-nerka
mungkin karna Andra (tanpa ia sadari seolah) menyalahkanku. Mungkin dia terlalu
khawatir terhadap keadaan temanku. Titik terberatnya adalah disini, iyaa, Andra
orang yang dulu pernah sangat ku kagumi, dia terlalu mengkhawatirkan keadaan
temanku dan (agak) memojokanku. (*nyesek gaaa? Eaa curcol :p)
Aku bergumam dalam hati, apa aku pantas disalahkan? Aku hanya
mencoba menyelamatkan diri. Siapa yang pantas disalahkan? Mungkin saja hanya
pria berbaju merah itu. Yang pasti bukan temanku, Andra dan yaa dan aku.
Aku masih merasakan suasana hati yang tak tenang. Gelap malam
sudah merajuk dalam angkasa, yang bisa kulakukan adalah mencoba memejamkan
mata. Mencoba tidur terlelap mungkin cara terbaik saat ini. Dan memulai esok
hari dengan perasaan tegar dan melupakan peristiwa kemarin.
*****
Sebuah pesan singkat mampir ke ponselku. Darinya? Andra. Sebuah
permintaan maaf tertera jelas di layar ponselku. Dia sadar sikapnya yang seolah
memojokanku siang itu. Seperti pada umumnya, tak ada yang menginginkan ini
terjadi, aku mencoba memaafkannya. Rasa gundah sekejap melebur begitu saja,
berganti dengan perasaan lega. Tapi, maaf aku tak bisa membalas pesanya. Karna saldo
pulsa yang tidak memungkinkan. Rasa lega kini menguak hebat dari dalam hati.
Tanggal 12.03.2012-13.03.2012.
0 comments:
Posting Komentar